Skip to main content

Rekomendasi: Baca Buku I Want To Die But I Want Eat Tteokbokki Membuatmu Merasa Tidak Sendirian


Hello Readers!!

Bagaimana kabarnya? Wah sudah hari Senin saja ya, hehe, tetap semangat ya!

Btw, kalian pernah tidak merasa dititik terendah dalam hidup? merasa jika tingkat kepercayaan diri ini sangat rendah, menyalahkan segala yang terjadi pada diri sendiri dan bahkan hari-hari yang dilalui dirasa tidak ada artinya sama sekali. Atau mungkin sering mengatakan pada diri sendiri jika ‘Aku tidak sukses karena aku bodoh’, ‘Mereka menderita karena mereka berteman denganku’, dan yang lain-lain. Jika kalian pernah merasa pada titik tersebut Mimin akan rekomendasiin buku yang membuat kalian akan merasa tidak sendirian. Yuk simak!

Ya, buku yang mesti kalian baca kali ini berjudul I Want To Die But I Want Eat Tteokbokki. Buku No. 1 bestseller di Korea Selatan ini akan banyak membicarakan bagaimana perjuangan seseorang yang mengidap penyakit Distimia, semacam gangguan depresi namun dalam tingkatan kronis (jangka panjang).

Buku ini membuat pembaca yang berada pada posisi yang sama ataupun tidak akan merasakan satu rasa yang sama, yaitu rasa ingin mencintai diri sendiri. Baek Se Hee, penulis, merangkum cerita perjalanan pengobatan penyakitnya ini dalam bentuk narasi antara Psikologi dan dirinya. Membuat pembaca semakin mudah memahami rasa yang dituliskan oleh Baek Se Hee.

Buku I Want To Die But I Want Eat Tteokbokki juga memberikan banyak pelajaran tentang bagaimana cara kita menghargai kehidupan ini. Saran, penilaian, nasihat dan evaluasi diri akan menumbuhkan pemahaman pada jalan hidup yang positif. Sekalipun kehidupan dirasa sangat melelahkan dan kadang  rasanya seperti ingin mati, hal terkecil dalam hidup justru merubanya, seperti ingin makan tteokbokki.

 

Quotes dalam buku I Want To Die But I Want Eat Tteokbokki

“Ucapan semangat, ucapan pendukung agar kita bisa lebih berani dan ucapan agar kita tidak menciut, bisa jadi adalah racun untuk kita.”

“Aku harus belajar dan berusaha untuk menerima diriku apa adanya.”

“Disaat anda dapat menerima diri anda sendiri apa adanya.  Anda akan merasa bebas dan nyaman.”

“Anda harus membuat rasa iri itu menjadi faktor yang bisa membuat anda mengembangkan diri anda sendiri.”

“Penting sekali untuk terus mencari hal-hal dan cara lainnya yang bisa membuat anda merasa nyaman dan bahagia.”

“Dalam perasaan pun ada sebuah jalan. Jika kita terus menutup jalan itu untuk menekan perasaan negatif agar tidak bisa keluar, lama-kelamaan perasaan positif pun akan tertahan dan tidak bisa keluar hingga kahirnya jalur untuk perasaan pun menjadi tertutup dan tersumbat.”

Comments

Popular posts from this blog

Ketika Hukum dan Kekuasaan Bisa Dibeli: ‘Teruslah Bodoh Jangan Pintar’

Judul Buku : Teruslah Bodoh Jangan Pintar Penulis : Tere Liye Penerbit : Sabakgrip Tahun Terbit : Februari 2024 Tebal : 371. hlm Karya terbaru dari Darwis atau dikenal dengan nama pena Tere Liye kembali membuat saya terbawa suasana usai membaca buku berjudul ‘Teruslah Bodoh Jangan Pintar’ yang terbit Februari lalu. Sebenarnya sepanjang saya menghabiskan buku ini banyak rasa sesak dan prihatin dengan cerita yang disajikan dalam novel bergenre fiksi kriminal ini karena begitu dekat dan berani. Buku ini menarik perhatian saya usai comedian Ernest Prakasa membagikan ulasannya terkait buku Teruslah Bodoh Jangan Pintar dalam postingannya di Instagram. Yang menarik disampaikan bahwa buku ini mengandung alur yang sangat dekat dengan masyarakat Indonesia, atau mungkin bisa dibilang mewakili suara masyarakat? Haha entahlah, namun buku ini hanya novel fiksi kata Tere Liye. Teruslah Bodoh Jangan Pintar memiliki alur maju mundur yang berkisah soal kejadian sidang konsesi di ruangan 3x6 meter. Adu a...

Sehari di Museum Pos Indonesia

Tampak Depan Museum Pos Indonesia

Belajar Tumbuh Bersama Novel ‘Manusia dan Badainya’

Sebagian besar kita tumbuh bersama luka. Mengapa? Karena inilah kehidupan, bersama luka kita tahu cara menghargai, bersama luka mungkin kita tidak akan egois lagi dengan diri sendiri, bersama luka juga kita tahu arti pengorbanan yang sesungguhnya. Begitulah hidup, sedikit terdengar kejam, namun harus tetap kita dijalani. Luka yang datang tanpa kita jemput dan pergi perlu kita paksa ini takayal menggerogoti detik demi detik dan momen demi momen untuk sesuatu yang kita harap, yaitu bebas. Melalui salah satu novel healing berjudul Manusia dan Badainya karya Syahid Muhammad kita akan dibawa menelusuri perjalanan panjang menuju kata ‘pulih’. Manusia dan Badainya, bagiku, buku yang terlalu kejam. Penderitaan para tokoh dimainkan bak realistik. Membuatku berpikir kerapuhan, kehilangan arah, dan tentunya luka dalam diri mereka adalah kemalangan yang perlu bantuan. Penulis sangat apik menggambarkan bagaimana luka-luka itu tumbuh, mencari penopang sebagai sandaran, membersamai orang-orang d...