Gerakannya luwes dan bertenaga,
dipadukan dengan teknik dan jurus yang luar biasa. Atraksinya kerap kali kita saksikan.
Mereka berseragam serba hitam. Yang dipeganginya ada banyak perkakas, mulai
dari yang tajam seperti pisau, sabit dan golok, hingga alat seperti tusuk
konde, kayu dan kipas. Ini adalah seni bela diri tradisional bernama pencak silat.
Seni bela diri yang pastinya sudah tidak asing lagi didengar dimasyarakat.
Memiliki sejarah yang cukup panjang dari masa penjajahan Indonesia. Seni bela
diri ini tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia saja, melainkan kini sudah
dicicipi banyak bangsa dan negara.
Kota Garut adalah satu dari sekian
banyak kota di Indonesia yang menjadi penghasil atlet berbakat pencak silat.
Tak ayal nama Garut sendiri menjadi harum dengan prestasi-prestasi yang dibawa
oleh para atlet. Mulai dari kejuaraan daerah, provinsi, nasional, bahkan hingga
internasional. Kebanggan yang diberikan tidak hanya sekedar prestasi yang diukir
dengan mendali emas, perak dan perunggu. Lebih dari itu, mereka juga dengan
bangga mempertunjukkan dan memperkenalkan kebudayaan khas tradisional yang kita
miliki kepada orang-orang dari kebudayaan lain.
Terletak di
Kampung Sumur Sari, Desa Sukasono, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa Barat,
terdapat padepokan silat yang sudah berdiri satu abad lebih lamanya. Bernamakan
Laskar Panglipur, ia masih eksis semenjak berdirinya pada tahun 1909. Berdiri
semenjak masa penjajahan dan bahkan ikut menjadi pendekar bangsa yang melawan penjajah
Indonesia, padepokan yang didirikan oleh Abah Aleh ini tidak pernah hilang keeksistensinya
dalam mempertahankan budaya seni bela diri pencak silat. Terlihat dari
banyaknya cabang yang tersebar di Indonesia dan luar negeri.
Seni bela diri silat sendiri adalah
satu di antara seni bela diri tradisional milik Indonesia yang sudah mendapati
tempat di hati negara lain. Salah satu pesilat dari Padepokan Laskar Panglipur,
Erik, yang kini juga menjadi pelatih dan pengurus di Laskar Panglipur Cabang
Garut, mengatakan bahwa kehadiran seni bela diri pencak silat sangat
diapresiasi di negara lain, bahkan di negara Barat gerakan-gerakan pencak silat
ikut di masukkan untuk koreografi adegan film-film action. Selain untuk
melestarikan kebudayaan dan dijadikan ajang prestasi, ada sisi lain dari seni
bela diri pencak silat yang juga perlu ditilik karena memiliki nilai bahkan peluang
yang cukup luar biasa.
Pencak silat yang merupakan seni
bela diri dari leluruh Indonesia ini, kini tidak hanya mengharumkan namanya
melalui prestasi yang diapresiasi melalui kejuaraan saja. Membawa nama pencak
silat harum di mata internasional melalui koreografi laga di industri perfilman
juga itu merupakan salah satu prestasi. Erik yang merupakan pesilat asal Garut
ini menjadi salah satu orang yang membawa nama pencak silat dikenal di mata
internasional melalui koreografi-koreografi laganya diberbagai film Barat.
“Prestasi itu adalah satu hal yang
orang lain tidak bisa lakukan, tetapi kita bisa melakukannya,” ucap Erik disela
kesibukannya melatih di Padepokan Laskar Panglipur.
“Yang membedakan hanya para atlet
itu prestasinya diapresiasi oleh pemerintah, diberikan tunjangan hidup dan dijadikan
pegawai negeri. Sedangkan kita yang mempertunjukkan pencak silat dalam
koreografi film bentuk apresiasinya akan kita dapatkan dari penonton. Semakin
bagus film yang kita garap, maka jumlah yang menonton film kita pun juga akan
semakin banyak,” lanjutnya.
Menjadikan pencak silat hadir dalam
bentuk lain adalah sebuah pencapaian baru. Sering kita saksikan pertunjukkan
pencak silat pada acara-acara hajatan yang hanya diiringi oleh pukulan gendang
dan gong dan hanya disawer dengan uang recehan. Kini pencak silat mampu lebih
dihargai dan diapresiasi oleh negeri ini dan bangsa lain. Pencak silat sangat
diterima dan memiliki tempat dari para sineas film action Indonesia
bahkan Hollywood.
“Pesilat yang menjadi atlet atau pun
pesilat yang terjun di dunia entertaint itu sama-sama memiliki masa
depan. Hanya saja untuk menjadi atlet tentunya akan dibatasi oleh usia. Berbeda
dengan menjadi seorang entertaint yang jenjangnya tidak terbatas,” jelas
Erik.
Masuknya pencak silat pada industri
perfilman memang sudah cukup lama. Pelopornya adalah Iko Uwais, artis yang juga
seorang atlet pencak silat ini sering mempertunjukkan penampilan pencak silat
diberbagai film laga yang dibintanginya. Di Garut sendiri, ada Cecep Arif Rahman
yang sudah lama memainkan gerakan pencak silat pada film-film dan disusul oleh
Erik yang terjun ke dunia entertaint pada tahun 2014.
“Dari Garut pesilat yang pertama
masuk dunia entertaint itu mungkin Cecep Arif Rahman dan saya
setelahnya,” ujar Erik saat diwawancarai.
Mencoba peruntungan, Erik sendiri setelah
pensiun dari dunia atlet yang telah mengharumkan namanya itu, ia mencoba
merambah karir pada dunia perfilman. Masuk ke dunia film dengan menjadi koreografer
untuk adegan-adegan action, kini Erik sendiri sudah membintangi enam
film laga yang digarap bersama Tim Uwais, milik Iko Uwais, semenjak dirinya
bergabung pada tahun 2014. Mulai dari film Star Wars pada episode 7, Beyond
Skyline, Headshot, The Night Come For Us, Wu Assasins, dan Foxtrot Six. Selain
itu, ia pun ikut campur tangan dalam pembuatan adegan action dalam animasi
Jepang.
Meski banyak padepokan silat yang
tersebar di Kabupaten Garut, namun ternyata hanya atlet-atlet dari padepokan
Laskar Panglipur-lah yang kini sudah mulai merambah karir dari seorang atlet
menjadi seorang entertaint untuk film laga. Tercatat ada sekitar 20
orang yang kini sudah terjun ke dalam dunia perfilman. Tidak hanya atlet yang
sudah pensiun, bahkan atlet yang masih aktif pun sesekali ikut bermain film
sebagai fighter.
Ada banyak teknik atau jurus yang
dimiliki oleh para pesilat Laskar Panglipur cabang Garut, seperti jurus tangan
kosong yang disebut Ibingan Jalak Pengkor, dimana jurus ini merupakan serangan dengan
gerakan yang menyerupai kaki pincang tetapi justru ini menjadi senjata untuk
menyerang lawan. Dalam jurus bersenjata ada yang dinamakan dengan jurus Kipas
Kembar dan jurus Sobrah (sanggul wanita), dimana kedua jurus ini dikhususkan dimainkan
untuk para pesilat perempuan. Sedang untuk pesilat laki-laki biasanya memainkan
jurus Golok, Limbuhan dan Trisula sebagai jurus khas dari Laskar Panglipur.
Jurus-jurus itu kerap kali juga dimainkan pada aksi di film laga. Meski tak
seutuhnya, karena jurus–jurus itu harus dimainkan dengan sedikit improvisasi
yang disesuaikan dengan setting dan alur cerita.
Walau belum begitu populer di
Kabupaten Garut, masuknya pencak silat dalam dunia perfilman laga tentunya
memiliki peluang yang sangat besar. Dengan potensi para atlet pencak silat yang
mumpuni, mereka bisa lebih mengeksplor kemampuannya sekaligus melestarikan
budaya nenek moyang.
“Peluang sangat terbuka untuk siapa
pun, tinggal ikut casting saja. Jika dirasa memenuhi secara kemampuan,
pasti akan diberi kesempatan untuk terlibat di dalam film,” ujar Erik.
“Kelebihannya pesilat yang masuk entertaint
itu bisa menjadi pekerjaan yang menjanjikan, hobby yang bisa menjadi
profesi,” pungkasnya.
Memang seiring berkembangannya
zaman, banyak yang berubah dan ada juga yang harus diubah. Berubah berarti
manusia mampu beradaptasi dengan dunia ini. Jika ada yang perlu diubah, tidak
perlu marah atau pun mengelak, karena pada akhirnya manusia juga perlu
beradaptasi. Seperti Padepokan Pencak Silat Laskar Panglipur yang kini mampu
beradaptasi dengan perubahan zaman. Abah Aleh yang dahulu mungkin tidak pernah
memikirkan Laskar Panglipur ini akan maju ke kancah internasional dengan cara
masuk ke dalam produksi perfilman. Namun, mereka membuktikan bahwa mereka juga
sama-sama mengukir prestasi dan semuanya perlu diapresiasi. Mereka hadir dengan
niat baik dan pastinya ingin menampilkan sesuatu yang baik pula. (Huriyyatul Wardah/24071118176)
Comments
Post a Comment