Skip to main content

Memori Terakhir

 Oleh : Wardahau




“Ayo kita main air!” pekikku tak sabar.

Hari itu langit memang sedang tidak mendukung. Gumpalan awan hitam pun nampak jelas di antara langit yang kelabu. Hembusan angin pantai Batu Karas bermain ria dengan hempasan ombak laut. Pasir lembut terasa empuk untuk kutapaki. Sesekali aku bermain ketepian pantai untuk merasakan sensasi dihempas oleh ombak laut. Tawa semringah antara aku dan kawan-kawan menemani pagi menjelang siang.

Sayang sekali memang, pantai Batu Karas yang terletak di Desa Batu Karas, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat ini kita dapati saat kelabu. Jika pada cuaca yang bagus pasti bisa kita dapati sensasi pantai yang landai dengan air laut yang tenang, juga pemandangan laut yang biru mempesona. Namun, aku sepertinya kurang beruntung hari itu, karena datang di waktu hujan turun.

Air laut yang memang sedang pasang surut mengharuskan kita tidak boleh terlalu lama bermain di tepian pantai. Karena berbahaya, kami menyudahinya saat waktu matahari berada di atas kepala. Sebelum kami benar-benar menyudahinya, aku ingin mengukir satu kenangan di tempat itu. Ingin ada satu memori yang aku gali jika ditakdirkan untuk kembali menapaki tanah Pangandaran nanti, istilahnya adalah kesan. Ingatan itu aku rekam dalam bingkai potret. Disana kami terlukis begitu bahagia, tak terlihat satu raut kesedihan. Memori itu kami ukir benar-benar dengan sukacita.

Aku terpejam dan perlahan merasakan kenangan hari itu. Senyumku mengembang bersama dengan memori terakhir masa putih abu-abu. Ada rasa hangat dan rindu untuk hari terakhir itu.


Comments

Popular posts from this blog

Ketika Hukum dan Kekuasaan Bisa Dibeli: ‘Teruslah Bodoh Jangan Pintar’

Judul Buku : Teruslah Bodoh Jangan Pintar Penulis : Tere Liye Penerbit : Sabakgrip Tahun Terbit : Februari 2024 Tebal : 371. hlm Karya terbaru dari Darwis atau dikenal dengan nama pena Tere Liye kembali membuat saya terbawa suasana usai membaca buku berjudul ‘Teruslah Bodoh Jangan Pintar’ yang terbit Februari lalu. Sebenarnya sepanjang saya menghabiskan buku ini banyak rasa sesak dan prihatin dengan cerita yang disajikan dalam novel bergenre fiksi kriminal ini karena begitu dekat dan berani. Buku ini menarik perhatian saya usai comedian Ernest Prakasa membagikan ulasannya terkait buku Teruslah Bodoh Jangan Pintar dalam postingannya di Instagram. Yang menarik disampaikan bahwa buku ini mengandung alur yang sangat dekat dengan masyarakat Indonesia, atau mungkin bisa dibilang mewakili suara masyarakat? Haha entahlah, namun buku ini hanya novel fiksi kata Tere Liye. Teruslah Bodoh Jangan Pintar memiliki alur maju mundur yang berkisah soal kejadian sidang konsesi di ruangan 3x6 meter. Adu a...

Sehari di Museum Pos Indonesia

Tampak Depan Museum Pos Indonesia

Belajar Tumbuh Bersama Novel ‘Manusia dan Badainya’

Sebagian besar kita tumbuh bersama luka. Mengapa? Karena inilah kehidupan, bersama luka kita tahu cara menghargai, bersama luka mungkin kita tidak akan egois lagi dengan diri sendiri, bersama luka juga kita tahu arti pengorbanan yang sesungguhnya. Begitulah hidup, sedikit terdengar kejam, namun harus tetap kita dijalani. Luka yang datang tanpa kita jemput dan pergi perlu kita paksa ini takayal menggerogoti detik demi detik dan momen demi momen untuk sesuatu yang kita harap, yaitu bebas. Melalui salah satu novel healing berjudul Manusia dan Badainya karya Syahid Muhammad kita akan dibawa menelusuri perjalanan panjang menuju kata ‘pulih’. Manusia dan Badainya, bagiku, buku yang terlalu kejam. Penderitaan para tokoh dimainkan bak realistik. Membuatku berpikir kerapuhan, kehilangan arah, dan tentunya luka dalam diri mereka adalah kemalangan yang perlu bantuan. Penulis sangat apik menggambarkan bagaimana luka-luka itu tumbuh, mencari penopang sebagai sandaran, membersamai orang-orang d...